WAKTU kecil pria ini bercita-cita menjadi
tentara, namun, seiring perjalan-an waktu pria penyuka tanaman bonsai ini malah
‘terdampar’ menjadi pahlawan tanpa tanda jasa alias guru.
“Waktu
sudah besar, saya malah berpikiran menjadi pegawai saja. Soalnya, saudara saya
se-muanya bekerja sebagai swasta,” ujar pria bernama lengkap Heru Mulyono
Widayat, Kepala SMPN 1 Curup Timur ini.
Banyak
hal diperbincangkan Heru kepada koran ini selama kurang lebih 1 jam pekan lalu.
Ditemui di ruangan kantornya, kepada wartawan Haluan Kota, Franky
Adinegoro dan fotografer Ahmad Faisal, pria asli Malang Jawa Timur ini berbagi
cerita.
Berikut
petikannya.
Sudah
berapa lama Anda menjabat sebagai Kepala Sekolah di SMP ini?
Sudah
enam bulan, sejak Juli 2012.
Sebelumnya,
Anda menjabat sebagai apa?
Kepala
SMPN 3 Curup Timur selama 7 tahun. Di sinilah tempat saya menjadi Kepala
Sekolah yang sangat berkesan. Gedung-gedung nggak ada. Gedung itu hanya
peninggalan SKP. Jadi, gedung-gedung itu hanya di depan dan belakang saja. Jadi
sangat berkesan bagi saya. Saya terkesan dengan lingkungannya. Kalau dulu
masyarakat mengenalnya dengan sekolah serut (banyak semak dan rumput)
sehingga kita termotivasi untuk membenahinya.
Apa
arti bekerja untuk Anda?
Bekerja
bagi saya ya Mengabdi.
Bagaimana
dengan dukungan istri dan Anak-anak terhadap pekerjaan Anda saat ini?
Memang
inilah yang menjadi persoalan saya ketika menjadi Kepala Sekolah. Sebab, saya
harus selalu memberikan pengertian kepada istri dan anak-anak saya. Apalagi di
rumah saya kan tidak ada pembantu, jadi, kalau pagi-pagi istri saya selalu
sibuk menyiapkan sarapan untuk anak-anak. Kemudian saya meski berangkat jam
setengah 7. Terkadang, saya terpaksa membantu.
Apa
arti keluarga bagi Anda?
Bagi
saya keluarga adalah motivasi yang paling utama. Anak saya kan perempuan semua.
Jadi, sejak menjadi Kepala Sekolah, saya terpaksa harus pintar-pintar membagi
waktu antara kerjaan dan keluarga. Tapi, ya tetap juga tidak bisa terpenuhi
semuanya. Salah satu harus menjadi korban. Misalnya, di sekolahkan sampai jam
setengah dua, jadi terpaksa saya tidak bisa berkumpul bersama anak-istri untuk
makan siang bersama. Itulah konsekuensinya. Saya seperti merasa berdosa.
Apakah
karier yang sudah Anda raih saat ini sudah merupakan impian Anda sejak dulu?
Tidak.
Jadi maksud saya begini, saya menjalani hidup ini seperti air. Mengalir saja.
Jadi, ya begitulah. Mengikuti alur saja. Yang penting kita harus mensyukuri apa
yang telah saya raih.
Tapi
Anda kan tentu punya cita-cita. Apa cita-cita Anda sewaktu kecil?
Saya
kepingin menjadi tentara hahaha.
Apa
alasan paling mendasar yang membuat Anda memutuskan untuk terjun menjadi PNS?
Jadi
guru ya maksudnya. Kebetulan saya kan 9 bersaudara dan saya anak ke delapan.
Semua saudara saya itu bekerja swasta semua. Makanya waktu itu saya
berkeinginan menjadi guru saja hahaha.
Bagaimana
Anda memandang diri sendiri saat ini? Apakah Anda sudah merasa sukses atau
Belum?
Saya
tidak bisa mengatakan sukses atau tidak. Yang jelas saya sangat mensyukuri saja
apa yang telah saya raih ini.
Bagi
sebagian orang, sukses itu barometernya adalah berlimpahnya uang. Nah,
bagi Anda sendiri, Apa definisi atau arti sebuah kesuksesan?
Buat
saya sukses itu ketika diri kita bisa bermanfaat bagi orang lain.Saya baru
merasa sukses kalau saya sudah bisa bermanfaat bagi orang lain.
Menurut
Anda, faktor apa yang paling menentukan suksesnya seseorang?
Niat.
Sebab, segala seuatunya tergantung dengan niat kita, baru kemudian didukung
factor teknis lainnya.
Selama
perjalanan karier Anda, posisi mana yang paling Anda sukai?
Ya
menjadi guru
Mengapa?
Karena
saya sangat menyenangi menjadi guru. Makanya, saya tidak pernah mendelegasikan
tugas saya mengajar di kelas ketika memang ada jam mengajar. Soalnya, ini sudah
menjadi tanggungjawab kita. Jadi tidak bisa diwakilkan begitu saja.
Apa
prestasi yang pernah Anda capai dalam pekerjaan atau masa sekolah dulu?
Di dalam
kerja saja ya. Dulu saya pernah menjadi juara 1 Tingkat Kabupaten pada event
seleksi Kepala Sekolah Berprestasi tahun 2007. Kemudian setelah memenangi itu
saya diikutkan kembali hingga ke tingkat provinsi. Di tingkat provinsi ini saya
mendapat juara 3 saja. Tapi ada hal yang membuat saya bangga. Meski mendapat juara
tiga saja, tapi, saya sebenarnya telah menyisihkan kandidat lainnya yang
pendidikannya banyak di atas saya. Padahal saya cuma S1. Kemudian, yang
diikutkan diklat saat itu justru saya, bukan juara 1 dan 2. Saya dikirim ke
Malang, Jawa Timur untuk mengikuti diklat tersebut. Itu juga yang membuat saya
bangga.
Misal,
kalau ada orang yang mengkritik Anda. Bagaimana Cara Anda menyikapinya?
Ya, saya
lihat dulu apa dasarnya mereka mengkritik saya. Kalau dasarnya sangat jelas dan
demi kepentingan instansi, maka saya terima. Tapi, kalau demi kepentingan
individu, maka saya akan memberikan penjelasan.
Bisa
diceritakan masa kecil Anda seperti apa?
Saya
lahir di Malang, 24 Mei 1966. Mulai sekolah dasar di SD 2 Malang, SMP PGRI
Malang, dan SMA 2 Bengkulu. Kemudian seusai SMA saya kuliah di Universitas
Bengkulu jurusan Bahasa Indonesia
Mengapa
ambil jurusan itu?
Saya
tidak tahu hahaha
Bagaimana
cara atau doktrin orang tua Anda dalam mendidik anak-anaknya?
Orang
tua saya selalu membebaskan anak-anaknya untuk melakukan apapun atau menjadi
apapun. Kebetulan orang tua saya kan lurah. Kemudian, orang tua saya pasti
menyekolahkan anak-anaknya di luar kawasan kami tinggal. Jadi anak-anaknya
mesti disekolahkan di luar daerah tempat tinggal kami.
Kalau
boleh tahu, apa yang paling sering Anda lakukan ketika ada waktu-waktu
senggang?
Saya
biasanya berkebun. Tapi, saya tidak bisa sebutkan satu persatu. Nanti dikira
sombong karena memiliki banyak kebun hehehe.
Apa
yang paling Anda minati? Musik, Olahraga, Baca Buku, atau apa?
Saya
paling senang rekreasi. Untuk merefresh pikiran. Kemudian biasanya rekreasi
saya itu ya berkebun.
Mengapa
Anda sangat berminat di bidang itu?
Karena
memang sejak dulu saya menyukai tanaman. Makanya di pekarangan rumah saya saya
Tanami bonsai. Dan itu sudah saya lakukan sejak lama.
Kalau
sekarang, apa obsesi jangka pendek dan jangka panjang yang ingin Anda capai?
Kalau untuk instansi, saya ingin terus membenahi sekolah
yang saya pimpin ini sehingga terus menjadi lebih baik lagi. Untuk diri
sendiri, saya berkeinginan agar bisa lebih dekat lagi sama keluarga. (*)